11/09/08

Epistemologi dan Metodologi Muthahhari

Ada tiga revolusi besar yang memiliki dampak luar biasa luasnya melampaui batas-batas wilayah tempat asal revolusi tersebut. Pertama, Revolusi Rusia (1917), yaitu revolusi sosialis pimpinan Vladimir Ilych Lenin. Revolusi Lenin ini berhasil mengubah Rusia menjadi negara sosialis pertama. Kedua, Revolusi Cina (1949) oleh Mao Zedong melalui longmarch yang menakjubkan. Asia pasca Perang Dunia II mengalami perubahan besar akibat keberhasilan Mao mentransformasikan Cina menjadi negara sosialis Marxis di Asia. Ketiga, Revolusi Islam Iran (1979) Pimpinan Ayatullah Khomeini. Revolusi ini mengguncang sendi-sendi hubungan internasional di kawasan Timur Tengah dan berdampak luas secara global. Revolusi Iran ini berhasil membebaskan Rakyat Iran dari belenggu Amerika, setelah negara superpowerini cukup lama memegang tengkuk Mohammad Reza Pahlevi yang dinobatkan pada 17 Desember 1941.
Di balik keberhasilan Revolusi Iran ini, nama Murtadha Muthahri (1919-1979) tak bisa di abaikan begitu saja. Dia telah memainkan peran penting dalam menumbuhkan kesadaran rakyat Iran akan kepincangan berbangsa dan bernegara dibawah Dinasti Pahlevi selama kurang lebih 38 tahun, terutama kemunduran di bidang politik, sosial dan budaya.
Di Indonesia, barang kali nama Murtadha Muthahari tidak sepopuler Ayatullah Ruhollah Khomeini, Dr. Ali Syariati, Prof. Dr. Muhammad Husaini Bahesyti, atau Prof. Dr. Jawad Bahonar. Padahal, nama Muthahari tak dapat dipisahkan dengan gejolak dan fenomena Revolusi Islam Iran pata 1979 itu.
Muthahhari bersama para cendikiawan Iran lainnya di bawah pimpinannya Ayatullah Khomeini, Muthahari bersama nama-nama yang disebut di atas akhirnya harus mati syahid karena kegigihan mereka menentang Syah Reza Pahlevi.


Muthahhari melalui buku Pengantar Ilmu-Ilmu Islam, yang aslinya berjudul Asyna’i ba’ulum-e Islami ini membuktikan dirinya pemikir Islam, cendikiawan…………………………. bukan sekedar pejuang dan penggerak revormasi di Iran―sebagai tokoh politik. Di dunia Barat, ia dikenal sebagi ulama yang cerdas dan berwawasan luas, termasuk mengenai pemikiran Barat (terutama filsafat Barat dan ideology Marxime). Begitu banyak dan bervariasinya tulisan Muthahhari, sehingga ia dikenal sebagi penulis produktif yang menulis puluhan buku mengenai hamper semua hal. Di sisi ini, menimbulkan kesan bahwa ia adalah seorang generalis yang tidak memiliki agenda dan perspektif yang jelas dalam karir pemikirnya.
Belakangan ini pembaca di Indonesia mulai dapat menikmati karyanya di bidang filsafat Islam, yang sesungguhnya tidak sedikit dan sama sekali tidak kurang penting disbanding karya popular dan karir politiknya sebagi salah seorang pejuang, pendiri dan peletak dasar negara Republik Islam Iran. Di balik puluhan karya intelektualnya itu sesungguhnya terpapar sebuah agenda besar, sebuah tujuan besar. Agenda besar itu hendak dicapainya melalui suatu metodologi seperti tercermin dalam karya tulisannya ini.
Dalam buku ini Muthahhari menguraikan serangkaian ilmu yang membahas tentang agama Islam, pokok maupun cabangnya, sekaligus hal-hal yang menjadi pendahuluan bagi pokok dan cabang tersebut; ditambah serangkaian ilmu yang menjadi pendahuluan baginya.Buku ini berisi tentang inklusif mengenai pokok-pokok berbagi cabang ilmu Islam dalam pengertiannya yang pertama.
Kehadiran buku ini merupakan salah satu wujud concern Muthahhari pada posisi penting epistemology dan metodologinya. Baik pemikiran maupun perjuangan Islam. Ia beranggapan bahwa penguasaan terhadap ilmu-ilmu Islam yang komprehensif akan memampukan kaum muslim dalam menggali sumber-sumber pemikiran Islam sekaligus mengambil manfaat secara tepat terhadap sumber-sumber ilmu lainnya di luar Islam.
Metodologi Muthahhari, atau tujuan dan agendanya sedikit-banyak bersifat idiologis. Menurutnya, idiologi berakar dari sebuah pandangan dunia (world view atau world conception), bahwa pandangan dunia suatu kelompok itu, dan idiologi adalah pandangan dunia filosofis.
Dalam bukuPengantar Ilmu-ilmu Islam ini, Muthahhari berusaha memberika penjelasan yang ringkas tapi menyeluruh tentang berbagi metodologi ilmu dalam Islam, termasuk didalamnya logika, kalam, filsafat, tasawuf, etika dan usul fikih. Ia beranggapan bahwa penguasaan terhadap ilmu-ilmu Islam, bukan saja kaum muslim bisa lebih baik dalam memberikan kontribusi kepada peradaban umat manusia, tapi diharapkan bisa melahirkan pemikiran dan system yang koheren dan viable.

0 komentar:

Template by: Abdul Munir
Website: 99computercity