11/09/08

Refleksi Gerakan Mahasiswa

Kaum intelektual muda itu gagal mengisi reformasi dengan berbagai konsep pembangunan sehingga panggung politik tetap dikuasai oleh aktor lama yang kadangkala tidak punya konsep perubahan.
Bila kaum muda ingin tampil kembali ke panggung utama perpolitikan nasional maka harus menyiapkan diri dengan kompetensi dan ideologis yang jelas. Tanpa kompetensi dan konsep ideologis yang matang peran pemuda akan tersingkir.
Demikian diutarakan anggota DPR dari Fraksi PKS yang juga mantan aktivis 1998 dari Universitas Indonesia, Rama Pratama dan Pemimpin Redaksi Radar Banten M Widodo dalam diskusi strategis ‘Reaktualisasi Peran Pemuda’ yang diselenggarakan oleh DPW Gema Keadilan Banten di Rumah Makan S Rizki, Serang, Minggu (20/5).
Kata Rama, peran mahasiswa dan pemuda saat ini berbeda dengan 1998. “Pada 1998, gerakan kita muncul bersama-sama karena isunya jelas. Sekarang ini isu tidak clear sehingga gerakan mahasiswa terpecah. Oleh karena itu peran pemuda dan mahasiswa saat ini bukan lagi seperti 1998 (menumbangkan rezim-red), namun kompetensi,” ujarnya.
Kata Rama, menyiapkan diri dengan kompetensi dan mental lebih penting untuk mengisi masa depan dengan kebaikan. “Kalau kita ingin masuk ke dalam elit politik mau tidak mau harus siap dengan kompetensi bukan dengan patronase politik,” ujar mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa UI ini yang kerap memimpin aksi saat menumbangkan rezim Soeharto.
Rama menilai keterlibatan pemuda dalam kancah politik bukan bencana. Menurutnya, peran aktif pemuda dalam parpol merupakan kunci untuk mengambil peran kepeloporan. “Tentu saja keterlibatan dalam parpol harus dilandasi dengan keyakinan dan keikhlasan. Lagi pula, aktivitas di sini terpaan untuk membuat konsep ideologi,” tandasnya.
Rama mengurai, kegagalan gerakan mahasiswa 1998 karena tidak memiliki konsep pembangunan pascareformasi. “Saat rezim ditumbangkan, kita kalah mengadu wacana dan konsep dengan ‘orang-orang tua’. Itu karena kita memang belum siap untuk mengisi buah reformasi dengan konsep,” ujarnya.


Kaum intelektual muda itu gagal mengisi reformasi dengan berbagai konsep pembangunan sehingga panggung politik tetap dikuasai oleh aktor lama yang kadangkala tidak punya konsep perubahan.
Bila kaum muda ingin tampil kembali ke panggung utama perpolitikan nasional maka harus menyiapkan diri dengan kompetensi dan ideologis yang jelas. Tanpa kompetensi dan konsep ideologis yang matang peran pemuda akan tersingkir.
Demikian diutarakan anggota DPR dari Fraksi PKS yang juga mantan aktivis 1998 dari Universitas Indonesia, Rama Pratama dan Pemimpin Redaksi Radar Banten M Widodo dalam diskusi strategis ‘Reaktualisasi Peran Pemuda’ yang diselenggarakan oleh DPW Gema Keadilan Banten di Rumah Makan S Rizki, Serang, Minggu (20/5).
Kata Rama, peran mahasiswa dan pemuda saat ini berbeda dengan 1998. “Pada 1998, gerakan kita muncul bersama-sama karena isunya jelas. Sekarang ini isu tidak clear sehingga gerakan mahasiswa terpecah. Oleh karena itu peran pemuda dan mahasiswa saat ini bukan lagi seperti 1998 (menumbangkan rezim-red), namun kompetensi,” ujarnya.
Kata Rama, menyiapkan diri dengan kompetensi dan mental lebih penting untuk mengisi masa depan dengan kebaikan. “Kalau kita ingin masuk ke dalam elit politik mau tidak mau harus siap dengan kompetensi bukan dengan patronase politik,” ujar mantan Ketua Umum Senat Mahasiswa UI ini yang kerap memimpin aksi saat menumbangkan rezim Soeharto.
Rama menilai keterlibatan pemuda dalam kancah politik bukan bencana. Menurutnya, peran aktif pemuda dalam parpol merupakan kunci untuk mengambil peran kepeloporan. “Tentu saja keterlibatan dalam parpol harus dilandasi dengan keyakinan dan keikhlasan. Lagi pula, aktivitas di sini terpaan untuk membuat konsep ideologi,” tandasnya.
Rama mengurai, kegagalan gerakan mahasiswa 1998 karena tidak memiliki konsep pembangunan pascareformasi. “Saat rezim ditumbangkan, kita kalah mengadu wacana dan konsep dengan ‘orang-orang tua’. Itu karena kita memang belum siap untuk mengisi buah reformasi dengan konsep,” ujarnya.
Rama tidak setuju pernyataan yang menyebutkan bahwa hasil perjuangan mahasiswa dinikmati oleh segelintir elit politik tertentu untuk meraih kekuasaan sementara mahasiswa hanya menjadi kuda Troya. “Persoalannya bukan di situ. Persoalannya kenapa kita mau menjadi kuda Troya karena kita tidak punya kompetensi. Oleh karena itu kalau tidak mau menjadi kuda Troya, siapkan kompetensi,” tandasnya.
Di tempat yang sama, Pemred Radar Banten M Widodo yang juga tampil sebagai pembicara mengutarakan, gerakan pemuda di Banten harus mencari karakteristik yang berbeda dengan yang lain. “Karakteristik itu harus lahir dari ranah Banten sehingga punya ciri khas,” ujarnya.
Widodo menambahkan, dalam sejarahnya pemuda memainkan peran strategis dalam pembangunan. Menurut Widodo, Reformasi 1998 seharusnya menjadi momentum bagi mahasiswa dan pemuda untuk membangun demokrasi. Tapi, sebelum demokrasi itu berkembang telanjur layu. “Nyaris reformasi 1998 tinggal menyisakan Otonomi Daerah yang kini pelaksanaannya juga kusut,” lanjutnya.
Dikatakan Widodo, jika pemuda tak mau melihat negeri ini semakin terpuruk, maka harus berbuat untuk menyelamatkan. “Caranya, dimulai dari penggalian potensi diri sendiri. Jangan lagi cengeng dan hanya menggantungkan pemerintah semata,” katanya. (alt)

0 komentar:

Template by: Abdul Munir
Website: 99computercity