Beberapa waktu lalu, dalam deret karya perfilman Indonesia, ada sebuah film yang sangat berkesan buat saya. Bukan cuma karena film itu diperankan oleh artis yang kebetulan saya idolakan, tetapi memang tema dan cerita dalam film itu berisi muatan nilai, pesan dan sugesti. Film yang diilhami dari sebuah buku berisi kisah nyata kehidupan Soe Hok Gie, seorang tokoh muda ini mampu menggambarkan gejolak pergerakan mahasiswa.
Tetapi pergerakan mahasiswa seperti itu mungkin cuma ada di masa-masa dulu. Masa negara kita masih dihuni oleh mas¬yarakat yang tingkat pengetahuannya sedang akan ber-kembang. Sehingga, pola pikir mereka masih lugu tanpa banyak keinginan untuk memperoleh perbaikan dan kemajuan bersama. Kalau ditilik dan dibandingkan dengan wajah pergerakan mahasiswa masa sekarang, tentu sudah banyak berubah.
Berbicara tentang pergerakan mahasiswa tentu ada pro dan kontra. Pergerakan mahasiswa merupakan sebuah istilah yang dari masa ke masa senantiasa disertai diskursif wacana yang tajam mengenai fungsi dan perannya. Diskursif ini menjadi penting karena akan sangat berkaitan dengan jati diri dan karakter pergerakan mahasiswa itu sendiri.
Perdebatan yang terjadi biasanya dalam mendefinisikan dan mendeskripsikan gerakan mahasiswa, terutama berkaitan dengan karakter pergerakannya. Apakah pergerakan mahasiswa adalah gerakan moral atau gerakan politik? Atau malah kedua-duanya?
Pergerakan moral merupakan sebuah pergerakan yang mengarah pada perbaikan kehidupan, kestabilan mental lahiriah dan bathiniah yang lebih bersifat mendampingi, mengayomi dan menjaga kestabilan. Sedangkan gerakan politik, adalah gerakan mahasiswa yang di dalamnya sudah tertanam unsur kepentingan politik. Sehingga untuk mencapai tujuannya, tidak jarang kekuatan dan taring-taring politik berbicara.
Nah, permasalahannya sekarang adalah apa yang akan terjadi jika kaum intelektual sudah mulai terjun langsung ke dalam dunia politik praktis? Jika ini terjadi, kepada siapa rakyat akan mempercayakan amanah dan aspirasinya? Padahal jelas-jelas fungsi mahasiswa adalah sebagai agent of cha¬nge. Dalam Tri dharma perguruan tinggi pun sudah jelas-jelas tersurat. Tapi kenyataannya. Tidak sedikit secara berangsur-angsur pergerakan mahasiswa mengarah pada format ini. Gerakan mulai berbau perangkat politik.
Gerakan mahasiswa juga sudah mulai mengarah pada membangun suatu gerakan politik formal. Sehingga bisa jadi yang membuat mahasiswa kelak akan mendirikan partai-partai politik. Atas dasar pertimbangan apa dan apa tujuannya, pastinya mahasiswa itu sendiri yang tahu.
Beberapa waktu lalu, dalam deret karya perfilman Indonesia, ada sebuah film yang sangat berkesan buat saya. Bukan cuma karena film itu diperankan oleh artis yang kebetulan saya idolakan, tetapi memang tema dan cerita dalam film itu berisi muatan nilai, pesan dan sugesti. Film yang diilhami dari sebuah buku berisi kisah nyata kehidupan Soe Hok Gie, seorang tokoh muda ini mampu menggambarkan gejolak pergerakan mahasiswa.
Tetapi pergerakan mahasiswa seperti itu mungkin cuma ada di masa-masa dulu. Masa negara kita masih dihuni oleh mas¬yarakat yang tingkat pengetahuannya sedang akan ber-kembang. Sehingga, pola pikir mereka masih lugu tanpa banyak keinginan untuk memperoleh perbaikan dan kemajuan bersama. Kalau ditilik dan dibandingkan dengan wajah pergerakan mahasiswa masa sekarang, tentu sudah banyak berubah.
Berbicara tentang pergerakan mahasiswa tentu ada pro dan kontra. Pergerakan mahasiswa merupakan sebuah istilah yang dari masa ke masa senantiasa disertai diskursif wacana yang tajam mengenai fungsi dan perannya. Diskursif ini menjadi penting karena akan sangat berkaitan dengan jati diri dan karakter pergerakan mahasiswa itu sendiri.
Perdebatan yang terjadi biasanya dalam mendefinisikan dan mendeskripsikan gerakan mahasiswa, terutama berkaitan dengan karakter pergerakannya. Apakah pergerakan mahasiswa adalah gerakan moral atau gerakan politik? Atau malah kedua-duanya?
Pergerakan moral merupakan sebuah pergerakan yang mengarah pada perbaikan kehidupan, kestabilan mental lahiriah dan bathiniah yang lebih bersifat mendampingi, mengayomi dan menjaga kestabilan. Sedangkan gerakan politik, adalah gerakan mahasiswa yang di dalamnya sudah tertanam unsur kepentingan politik. Sehingga untuk mencapai tujuannya, tidak jarang kekuatan dan taring-taring politik berbicara.
Nah, permasalahannya sekarang adalah apa yang akan terjadi jika kaum intelektual sudah mulai terjun langsung ke dalam dunia politik praktis? Jika ini terjadi, kepada siapa rakyat akan mempercayakan amanah dan aspirasinya? Padahal jelas-jelas fungsi mahasiswa adalah sebagai agent of cha¬nge. Dalam Tri dharma perguruan tinggi pun sudah jelas-jelas tersurat. Tapi kenyataannya. Tidak sedikit secara berangsur-angsur pergerakan mahasiswa mengarah pada format ini. Gerakan mulai berbau perangkat politik.
Gerakan mahasiswa juga sudah mulai mengarah pada membangun suatu gerakan politik formal. Sehingga bisa jadi yang membuat mahasiswa kelak akan mendirikan partai-partai politik. Atas dasar pertimbangan apa dan apa tujuannya, pastinya mahasiswa itu sendiri yang tahu.
Padahal kalau kita berkaca kembali pada lembaran sejarah, gerakan mahasiswa itu sebenarnya tidak pernah mempunyai tujuan-tujuan politik praktis, sebagaimana gerakan-gerakan sosial pada abad ke-17 hingga 19. Gerakan mahasiswa saat itu sifatnya hanya berupa aktivitas atau reaksi-reaksi spontan yang bertujuan hendak mewujudkan atau menolak suatu perubahan, keadaan sosial atau tatanan politik tertentu.
Gerakan para pemuda selalu dan hanya lahir pada saat-saat terdapat fenomena sosial yang disinyalir berbau tak jelas atau menyimpang. Jika kondisi sosial yang tertib dan harmoni telah terbangun, dengan sendirinya mahasiswa akan kembali menekuni dunia keilmuan (back to campus).
Oleh sebab itu, Hariman Siregar (Mantan Ketua BEM UI 1974, tokoh peristiwa Malari) dalam bukunya Gerakan Mahasiswa, Pilar ke-5 Demokrasi bersikukuh bahwa gerakan mahasiswa adalah gerakan moral dan bukan gerakan politik. Kalau sampai gerakan mahasiswa melakukan pergerakan politik, berarti dia telah keluar dari jati dirinya. Jati diri seorang mahasiswa.
Nah, akan kemanakah kita bawa sayap pergerakan mahasiswa kita?
0 komentar:
Posting Komentar