27/09/08

TAKDIR

Takdir adalah ketentuan yang sudah diatur dan ditetapkan oleh Allah yang
Maha Kuasa terhadap semua ciptaan-Nya, mulai dari makhluk terkecil hingga
makhluk terbesar, mulai dari yang tampak maupun yang tidak nampak oleh mata
lahiriah kita, sejak yang paling-paling baik sampai yang paling-paling
buruk.
Seorang manusia sejak ia ditakdirkan untuk terlahir dan menjadi ada dia
sudah memilki jalan hidup ataupun takdir yang jutaan atau mungkin malah
milyran jumlahnya.
Masing-masing takdir ini berbeda satu dengan yang lain tergantung dari
langkah maupun sikap yang dikerjakan. Disini hukum kausalitas atau
sebab-akibat mulai berlaku.
Jika saya tampar muka saya sendiri konsekwensinya saya pasti merasakan
sakit akibat tamparan tersebut, demikian kira-kira contoh hukum
sebab-akibat.
Pada masa pemerintahan Umar Bin Khatab, pernah suatu waktu beliau akan
mengadakan kunjungan kesuatu daerah, namun tiba-tiba dia mendapat kabar
dari salah seorang sahabat bahwa daerah yang akan dia kunjungi tersebut
ditimpa oleh bencana penyakit kulit yang menular.
Khalifah menunda kunjungannya kedaerah tersebut hingga penyakit tersebut
dapat teratasi. Sikap Khalifah Umar ini mendapatkan cukup banyak pertanyaan
dari para sahabat lainnya. Pertanyaan mereka kira-kira seperti ini : Apakah
tuan sudah tidak percaya kepada takdir Allah sehingga takut terkena
penyakit menular tersebut ?
Khalifah Umar menjawab : “Aku bukan tidak percaya kepada takdir Allah.
Manusia tidak dapat berlari dari Kausalita yang berlaku. Hanya saja manusia
dapat memilih takdir mana yang akan dia tempuh. Aku menghindari takdirku
dari terkena penyakit menular untuk memasuki takdirku yang lain.”
Sebelumnya, jauh diwaktu Nabi sendiri masih hidup, beliau pernah menegur
seorang sahabatnya yang begitu ingin bergegas mengerjakan Sholat didalam
masjid sehingga begitu turun dari kuda dia langsung masuk begitu saja tanpa
menghiraukan hewan peliharaannya tersebut.
Ketika ditanya Nabi mengapa orang tersebut melepaskan kudanya begitu saja
tanpa merasa takut kehilangannya, orang itu menjawab bahwa dia percaya
kepada Allah, dia pasrah apapun yang akan terjadi.
Perbuatannya ini tidak dibenarkan oleh Nabi.
Dia menyuruh orang itu untuk terlebih dahulu menambatkan kuda sebagaimana
mestinya, agar tidak lepas dan hilang baru kemudian menyerahkan kepada
Allah segala ketentuan lainnya. Jika setelah kuda itu ditambatkan dalam
pengertian dicarikan upaya agar tidak hilang dan lepas namun masih juga
hilang nantinya …. maka itu baru takdir Allah yang pun tidak terlepas
dari takdir-takdir lain yang berjalan paralel didalam kehidupan ini.
Mungkin anda tertawa jika saya mengatakan kausalita takdir anda tergantung
dengan kausalita takdir saya, bagaimana bisa ? kita sendiri baru berkenalan
sekarang dan inipun hanya melalui tulisan yang dijembatani oleh milis
myQers atas fasilitas Internet, pesawat telepon, pulsa telepon, modem dan
komputer.
Namun sekarang saya buktikan bahwa kausalita takdir masing-masing kita ini
saling berkaitan (paralel) :
Coba anda bayangkan, bila saja orang yang bernama Thomas Alpha Edison,
James Watt, Abraham Lincoln Bell, Bill Gates tidak pernah terlahir didunia
ini atau katakanlah mereka terlahir namun tidak menjadi seperti sekarang
ini … kira-kira, apakah saat ini kita bisa saling berkenalan seperti ini
melalui internet ? Apakah kira-kira peradaban kita sekarang ini sama
seperti yang kita jalani saat ini ?
Jawabnya tidak !
Oleh karena mereka ada dan oleh karena hasil kreatifitas mereka maka dunia
bisa menjadi seperti ini, kita tidak perlu lagi berkirim surat melalui
burung merpati, kita tidak juga perlu lagi mempelajari ilmu telepati karena
kehadiran pesawat telepon yang membuat komunikasi bisa terjadi antara 2
orang atau lebih dari tempat yang sangat berjauhan sekalipun, bahkan kita
tidak perlu repot memikirkan bagaimana caranya bisa menerima telepon saat
sedang berada dijalan raya sebab handphone sudah pula terlahir.
Kita tidak juga bingung membuat sistem pengarsipan manual yang menumpuk
kertas sebab sudah ada komputer dan sudah ada pula bermacam aplikasi,
bahasa pemrograman dan sarana-sarana penunjang lainnya diciptakan orang.
Bahkan untuk belajar agamapun kita tidak perlu jauh-jauh datang ketanah
Arab hanya untuk mempelajari Tafsir al-Mizan, Tafsir at-Thabari,
kitab-kitab Hadis dan sebagainya dan seterusnya sebab dengan adanya
komputer dan Internet maka kita bisa mempelajarinya bahkan sambil menonton
televisi dirumah ditemani secangkir kopi susu dan di-iringi musi lembut
Diego Modena lewat Imploranya.
Contoh lain, bila kita menebangi hutan terus-terusan maka karena sebab itu
akan mengakibatkan terjadi banjir, tanah longsor dan sebagainya yang bisa
saja merugikan orang lain. Begitu pula jika kita ingin anak dan istri kita
sholeh, ya harus ada proses pembelajaran bagi mereka dan harus pula ada
contoh dari orang yang paling dekat dengan mereka.
Kesimpulannya, dengan sebab takdir orang lain maka kitapun bisa menentukan
takdir pada diri kita masing-masing, mau apa, mau jadi bagaimana diri kita,
mau sebejat apa atau mau seshaleh apa, mau berjalan keneraka atau berjalan
kesurga dan lain sebagainya.
Ini semua membuktikan bahwa hidup adalah suatu rangkaian yang saling
berhubungan sampai pada titik paling kecil sekalipun, baik disadari maupun
tidak disadari.
Karenanya Allah berfirman :
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. - Qs. 13 ar-Ra’d 11
Lalu pertanyaan lainnya sekarang : Seberapa jauh intervensi Allah terhadap
kebebasan manusia dalam menentukan sikap dan hidupnya ?
Jawaban dari pertanyaan ini akan kembali pada sejauh mana kausalitas pada
diri kita telah kita maksimalkan kearah yang positip, menuju kreativitas
yang menciptakan hubungan sebab-akibat bagi diri dan sejarah orang lain.
Allah tidak menginginkan seseorang menjadi jahat, bukti bahwa Dia sudah
mengutus banyak Nabi dan Rasul-Nya, sudah mengutus para mujahid-mujahid
yang memberikan pencerahan disetiap jaman dan tempat sebagai jalan
(sebab-akibat) orang lain untuk berbuat baik dan meninggalkan kejahatan.
Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu
berbuat dosa. -Qs. al-Baqarah 2:276
Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. -Qs. al-An’am 6:12
Akan halnya seorang penjahat tetap menjadi penjahat, seorang penzinah tetap
menjadi penzinah, seorang pengkhianat tetap menjadi pengkhianat itu bukan
karena Allah mentakdirkan dirinya harus seperti itu, sebab sekali lagi ini
adalah akibat dari sebab yang dia lakukan sendiri :
Allah tidak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri
mereka sendiri. -Qs. ali Imran 3:117
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarah, dan
jika ada kebajikan sebesar zarah, niscaya Allah akan melipat gandakan dan
memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. -Qs. an-Nisa’ 4:40
Semuanya berlaku sama,
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (kehendak Allah [nilai-nilai
positip]), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk dirinya sendiri; dan
barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi dirinya
sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan
Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. -Qs. 17
al-Israa’ :15
Kita semua dilahirkan dengan membawa sifat baik dan buruk, ini fitrah
(sesuatu yang natural) sebagai bekal dan bukti kemanusiawian kita, saat
kita hanya dibekali dengan sifat yang baik saja maka ini bukan fitrah dan
tentu kita bukan manusia, begitupula bila kita hanya dibekali sifat buruk
saja maka itupun bukan fitrah.
Fitrahnya kita ya seperti ini, tinggal lagi mau bagaimana kita memprogram
fitrah yang ada.
Jika anda yakin hidup anda akan happy ending maka berupayalah agar itu bisa
menjadi terwujud, kejar dan cari takdir tersebut dari sekian juta atau
sekian milyar takdir-takdir anda yang ada di Lauhful Mahfudz.
Allah memang merencanakan semua makhluk-Nya berakhir bahagia, akan tetapi
Allah memberikan kebebasan bagi manusia untuk tetap menentukan model
bahagia seperti apa dan akhir yang bagaimana yang dia inginkan.
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
-Qs. al-Baqarah 2:185
Rencana Allah tidak berjalan dengan mengabaikan hukum-hukum yang pun sudah
ditetapkan-Nya sendiri.
Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu
sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada
sunnah Allah. -Qs. 33:62
Kita berdoa dan berusaha dalam hidup ini agar semua modul-modul dari semua
sintaksis pemrograman Allah yang teramat sangkat kompleks ini berjalan
dengan baik, kita berdoa agar Allah memberikan bantuan (mengintervensi)
atas semua usaha yang kita lakukan dengan memberikan jalur link pada hukum
sebab-akibat yang baik, sholeh dan positip.
Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka
dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami
tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.Tiap-tiap manusia
terikat dengan apayang dikerjakannya. -Qs. 52 ath-Thuur :21
Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. -Qs. 2
al-Baqarah: 186
Jika saya boleh menganalogikan dengan dunia saya sehari-hari, maka orang
yang mengabaikan doa adalah orang yang tidak mengerti proses hukum yang
berlaku, dia terjebak dalam logika pengulangan (looping) If … Then…Else
yang tidak berakhir dengan kata End If, bagaikan seorang Web Master yang
setelah selesai membangun sebuah website yang bagus tetapi dia bingung
harus membuat link kesitus yang mana sebab dia tidak menjalin hubungan
komunikasi dan kerjasama dengan Web Master lain dan dia akan berkutat dalam
situsnya sendiri hingga siapapun yang berkunjung kesana pasti akan
menemukan kebosanan saja, itulah makanya Allah menyebut orang yang demikian
sebagai orang yang sombong.
Dan berbuat baiklah (lakukanlah kerjasama dan jalinlah komunikasi yang
harmonis) kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan orang-orang dalam tatahukummu Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. -Qs.
an-Nisa’ 4:36
Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah
kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri”. -Qs. an-Naml 27:31



0 komentar:

Template by: Abdul Munir
Website: 99computercity